Sunday, January 17, 2016

SANGGAR AKSARA JAWA MELANGKAH KE KAMPUS



Bismillahirrahman nirrahim
Assalamu allaikum wr wb

Terima kasih saya ucapkan atas undangan terhormat ini kepada panitia, demikian juga salam hormat saya kepada Pak Abas dan Civitas Akademika Kampus Putih, serta hadirin yang dimuliakan. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, nama Tarka Sutarahardja dari Sanggar Aksara Jawa Cikedung, Indramayu. Dan saya hadir bersama Mas Ray Mengku Sutentra, S.S sebagai ketua Sanggar Aksara Jawa, kami  berharap agar kedepan Sanggar Aksara Jawa bisa lebih tumbuh dan berkembang.

MAKSUD DAN TUJUAN

Sanggar Aksara Jawa berdiri sejak tahun 2010 silam, sejak itu pula kami telah melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan terkait, seperti ;
·    1.     Menjelajah/silaturahmi dengan pemilik naskah-naskah kuno untuk mendokumentasi, mengidentifikasi keberadaan naskah-naskah kuna di masyarakat.
·        2.  Melakukan kegiatan macapatan/pujanggaan di acara-acara tradisi seperti kidung bobotan, di masyarakat
·     3.    Melakukan alih aksara & alih bahasa pada naskah-naskah kuna, baik naskah yang di dapatkan dari masyarakat maupun naskah yang dipercayakan keraton cirebon kepada kami.
·     4.    Melakukan bimbingan baca tulis jawa cacarakan jawa pakem kuna dan pakem baru kepada anggota sanggar yang mayoritas masih pelajar di beberapa sekolah di wilayah cikedung dan sekitarnya.
·    5.        Telah ada kepercayaan menggarap naskah2 dari luar ; Madura, Yogyakarta, Ciamis, Cirebon, beberapa naskah Keraton.
·     6.     Anotasi naskah2 Perpusnas, Jakarta
·       7.   Team Rumah Budaya Nusantara Pasambangan Jati Cirebon
·       8.   Team Tapak Karuhun Galuh, Panjalu Ciamis

Sanggar Aksara Jawa bertujuan ingin tetap melestarikan warisan intelektual yang terkait dengan naskah-naskah jawa kuna dan seni tradisi seperti halnya macapat/pujanggan. Pada kegiatan menjaga dan melestarikan naskah kuna kami juga banyak menemukan naskah-naskah dari berbagai desa di Kabupaten Indramayu, yang berisikan tentang tembang macapat. Seiring sejalan dengan penemuan tersebut kami juga melestarikan seni tradisi seperti macapat tersebut dengan mengapresiasikannya dari bentuk terjemahan teks ke seni pertunjukan. Sebab kami merasa pada era generasi muda sekarang sudah tidak mengenal lagi bahkan ada yang beranggapan miring atau salah mentafsirkan arti tentang kidungan macapatan tersebut.

Demikian keprihatinan kami mengenai keberadaan atau keberlangsungan pelestarian warisan intelektual berupa naskah kuna yang terjadi di kota kita tercinta ini khususnya. Lain halnya di Pulau Bali, Rontal-rontal yang bertuliskan Aksara Jawa Bali tetap dipelihara baik secara individu maupun menjadi koleksi museum rontal.

Pada sebuah kasus, ada beberapa teman sesama pecinta, penggiat atau yang memiliki perhatian lebih terhadap naskah-naskah kuna dari Bali yaitu saudara Bli Gunk Wirawan, Bli Jero Alit Bangah pernah menawarkan jasa untuk memberikan bimbingan menulis pada daun rontal, akan tetapi kegiatan tersebut urung dilaksakan sebab keterbatasan kami.

Selanjutnya saya juga merasa sangat prihatin manakala menshare ke media sosial, foto-foto rontal maupun naskah jawa yang sulit dibaca, teman-teman dari Jawa sendiri banyak yang buru-buru mengklaim bahwa itu adalah tulisan Aksara Jawa Bali, hal ini wajar karena memang Bali terbukti masih tetap sangat memelihara warisan budaya ini. Padahal di Pulau Jawa juga ditemukan beberapa rontal yang pernah singgah/berhubungan dengan kami [Sanggar Aksara Jawa], semisal ; Rontal Babad Dharma Ayu Nagari, Rontal Trowulan, Rontal Plumbon Pekandangan, Rontal Kabuyutan Legok Lohbenar dan copy rontal Balikpapan.

Oleh karena itu kami dari beberapa hal yang telah disampaikan di atas, berkeinginan keras untuk tetap melestarikan baca tulis naskah-naskah kuna yang model gaya tulisnya selalu bervariasi antara naskah satu dengan yang lainnya. Serta terus berusaha untuk mendokumentasikan naskah-naskah tersebut walaupun dengan sederhana dan keterbatasan alat yang ada.

JELAJAH NASKAH

Sejak tahun 1995 kami terus berusaha mengumpulkan atau mendokumentasikan naskah-naskah, berbagai informasi kami dapatkan. Ada pemilik yang bisa bekerjasama, namun banyak pula yang berselimut mistis, ada yang bernadakan penipuan, bahkan ada beberapa naskah bodong. Titik-titik naskah yang pernah terlacak, seperti ; Paoman, Skober, Pecuk, Cidempet, Larangan Ceplik, Gadingan, Tugu Sliyeg, Tugu Lelea, Nunuk, Cikedung, Munjul, Karangdawa, Cidadap, Lodoyong, Jatimunggul, Jatisura, Jatibarang, Tambi, Terisi, Amis, Haurgelis, Tegal Pelem, Kendayakan, Kerticala, Pekandangan, Plumbon, Lobener , Legok Lohbener,  dan masih ada titik-titik yang belum sempat dikunjungi.

Potensi naskah di Indramayu sepertinya masih cukup besar, jika temuan ini tidak ditindak lanjuti dengan sosialiasi tata cara pemeliharaannya kepada pemilik maka tidak menutup kemungkinan  keberadaan naskah-naskah tersebut bisa susut karena kerusakan atau sebab lainnya. Kami sering terjun langsung ke masyarakat, namun sepertinya masyarakat belum menyadari betul akan pentingnya pemeliharaan dan pemanfaatan naskah-naskah tersebut kuno, mereka lebih banyak berkutat dalam wilayah mistik yang tidak mendasar. Hal ini sebuah tantangan bagaimana agar bentuk warisan budaya itu bisa tetap terpelihara, sudah barang tentu harus bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan masalah ini. Langkah kami sangat terbatas, kami menyadari betul akan hal ini oleh itu kami mengajak bergandeng tangan untuk sebuah penyelamatan warisan budaya.

SENI TRADISI YANG SUDAH TERKUBUR DALAM

Seni macapat atau pujanggaan merupakan warisan budaya leluhur, yang mana sumber-sumber yang digunakannya adalah berupa naskah kuno. Tentang kebiasaan penyalinan naskah-naskah kuno itu, kami menemukan bukti salinan-salinan babad ataupun primbon yang menunjuk angka  tahun ;  1932 [Alm. Wa Karyo, Cidempet-Arahan], 1972 [Naskah Buyut Irig, Sekober-Indramayu], 1980 [Primbon Ki Daryan, Karangdawa-Cikedung], 1982 [Babad Dermayu Naskah Tambi, Kamawijaya]. Hampir dapat disimpulkan bahwa dalam jangka waktu 30 tahunan sejak tahun 1980, generasi pujangga/pembaca naskah kuna telah habis demikian juga generasi penyalin naskah. Sehingga keberadaan naskah-naskah kuno menjadi terasingkan dalam masyarakat ataupun anak cucu kita sendiri, seiring dengan ini orang-orang barat sepertinya giat mempelajari budaya seni tradisi kita, tetapi jangan sampai kelak anak cucu kita menjadi terbalik malah belajar kepada mereka.

Kandungan tembang macapat sangat mendorong terhadap pembentukan budi pekerti luhur kepada pengamalnya, biasanya tembang2 itu menceritakan ; babad, tasawuf, ilmu kaweruh, hikayat nabi dan lain-lain. Dimasa sekarang seni pujanggaan sepertinya sudah kurang dikenal lagi, lebih-lebih oleh putra-putri kita dewasa ini, mereka merasa asing terhadap tembang-tembang jawa, seperti ; Dangdang Gula, Sinom, Kasmaran, Kinanti, Pangkur, Mijil, Blakbak dan lain-lian. Sepertinya kita harus segera mencari tokoh penembang/pembaca naskah kuno untuk diregenareasikan, dan upaya yang paling tepat dilakukan adalah melalui dunia pendidikan secara bertahap.  

MOHON DIAPRESIASI PIHAK AKADEMIS SUPAYA TIDAK MUSNAH

Atas segala yang telah kami upayakan yaitu mengumpulkan, memetakan, alih aksara dan alih bahasa naskah-naskah kuna ataupun rontal yang menggunakan tulisan jawa dan pegon itu belum terpublikasikan secara maksimal.  Sekiranya ke depan ada pihak akademisi atau pihak-pihak lain yang ikut mendorong terhadap wujud pelestariannya. 

Semanten saking kula wong tepis wiring [desa pinggiran], menawi wonten kesawonan lali kelawan luput, kula atas nami Sanggar Aksara Jawa nyuwun agung pangapunten den jembar ing pangampura serta kawula nyuwun kabanjiri maklum.
Wassallamu’allaikum wr. Wb.

No comments:

Post a Comment