Bismillahirrahman nirrahim
Assalamu allaikum wr wb
Terima kasih saya ucapkan atas undangan terhormat ini kepada
panitia, demikian juga salam hormat saya kepada Pak Abas dan Civitas Akademika Kampus
Putih, serta hadirin yang dimuliakan. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan
diri, nama Tarka Sutarahardja dari Sanggar Aksara Jawa Cikedung, Indramayu. Dan
saya hadir bersama Mas Ray Mengku Sutentra, S.S sebagai ketua Sanggar Aksara
Jawa, kami berharap agar kedepan Sanggar
Aksara Jawa bisa lebih tumbuh dan berkembang.
MAKSUD DAN TUJUAN
Sanggar Aksara Jawa berdiri sejak tahun 2010 silam, sejak itu
pula kami telah melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan terkait, seperti ;
· 1.
Menjelajah/silaturahmi
dengan pemilik naskah-naskah kuno untuk mendokumentasi, mengidentifikasi
keberadaan naskah-naskah kuna di masyarakat.
· 2.
Melakukan
kegiatan macapatan/pujanggaan di acara-acara tradisi seperti kidung bobotan, di
masyarakat
· 3.
Melakukan
alih aksara & alih bahasa pada naskah-naskah kuna, baik naskah yang di
dapatkan dari masyarakat maupun naskah yang dipercayakan keraton cirebon kepada
kami.
· 4.
Melakukan
bimbingan baca tulis jawa cacarakan jawa pakem kuna dan pakem baru kepada
anggota sanggar yang mayoritas masih pelajar di beberapa sekolah di wilayah
cikedung dan sekitarnya.
· 5.
Telah
ada kepercayaan menggarap naskah2 dari luar ; Madura, Yogyakarta, Ciamis,
Cirebon, beberapa naskah Keraton.
· 6.
Anotasi
naskah2 Perpusnas, Jakarta
· 7.
Team
Rumah Budaya Nusantara Pasambangan Jati Cirebon
· 8.
Team
Tapak Karuhun Galuh, Panjalu Ciamis
Sanggar Aksara Jawa bertujuan ingin tetap melestarikan warisan
intelektual yang terkait dengan naskah-naskah jawa kuna dan seni tradisi
seperti halnya macapat/pujanggan. Pada kegiatan menjaga dan melestarikan naskah
kuna kami juga banyak menemukan naskah-naskah dari berbagai desa di Kabupaten
Indramayu, yang berisikan tentang tembang macapat. Seiring sejalan dengan
penemuan tersebut kami juga melestarikan seni tradisi seperti macapat tersebut
dengan mengapresiasikannya dari bentuk terjemahan teks ke seni pertunjukan.
Sebab kami merasa pada era generasi muda sekarang sudah tidak mengenal lagi
bahkan ada yang beranggapan miring atau salah mentafsirkan arti tentang kidungan
macapatan tersebut.
Demikian keprihatinan kami mengenai keberadaan atau
keberlangsungan pelestarian warisan intelektual berupa naskah kuna yang terjadi
di kota kita tercinta ini khususnya. Lain halnya di Pulau Bali, Rontal-rontal
yang bertuliskan Aksara Jawa Bali tetap dipelihara baik secara individu maupun menjadi
koleksi museum rontal.
Pada sebuah kasus, ada beberapa teman sesama pecinta,
penggiat atau yang memiliki perhatian lebih terhadap naskah-naskah kuna dari
Bali yaitu saudara Bli Gunk Wirawan, Bli Jero Alit Bangah pernah menawarkan
jasa untuk memberikan bimbingan menulis pada daun rontal, akan tetapi kegiatan
tersebut urung dilaksakan sebab keterbatasan kami.
Selanjutnya saya juga merasa sangat prihatin manakala
menshare ke media sosial, foto-foto rontal maupun naskah jawa yang sulit
dibaca, teman-teman dari Jawa sendiri banyak yang buru-buru mengklaim bahwa itu
adalah tulisan Aksara Jawa Bali, hal ini wajar karena memang Bali terbukti
masih tetap sangat memelihara warisan budaya ini. Padahal di Pulau Jawa juga
ditemukan beberapa rontal yang pernah singgah/berhubungan dengan kami [Sanggar
Aksara Jawa], semisal ; Rontal Babad Dharma Ayu Nagari, Rontal Trowulan, Rontal
Plumbon Pekandangan, Rontal Kabuyutan Legok Lohbenar dan copy rontal Balikpapan.
Oleh karena itu kami dari beberapa hal yang telah disampaikan
di atas, berkeinginan keras untuk tetap melestarikan baca tulis naskah-naskah
kuna yang model gaya tulisnya selalu bervariasi antara naskah satu dengan yang
lainnya. Serta terus berusaha untuk mendokumentasikan naskah-naskah tersebut
walaupun dengan sederhana dan keterbatasan alat yang ada.
JELAJAH NASKAH
Sejak tahun 1995 kami terus berusaha mengumpulkan atau
mendokumentasikan naskah-naskah, berbagai informasi kami dapatkan. Ada pemilik
yang bisa bekerjasama, namun banyak pula yang berselimut mistis, ada yang
bernadakan penipuan, bahkan ada beberapa naskah bodong. Titik-titik naskah yang
pernah terlacak, seperti ; Paoman, Skober, Pecuk, Cidempet, Larangan Ceplik,
Gadingan, Tugu Sliyeg, Tugu Lelea, Nunuk, Cikedung, Munjul, Karangdawa,
Cidadap, Lodoyong, Jatimunggul, Jatisura, Jatibarang, Tambi, Terisi, Amis,
Haurgelis, Tegal Pelem, Kendayakan, Kerticala, Pekandangan, Plumbon, Lobener ,
Legok Lohbener, dan masih ada
titik-titik yang belum sempat dikunjungi.
Potensi naskah di Indramayu sepertinya masih cukup besar,
jika temuan ini tidak ditindak lanjuti dengan sosialiasi tata cara pemeliharaannya
kepada pemilik maka tidak menutup kemungkinan
keberadaan naskah-naskah tersebut bisa susut karena kerusakan atau sebab
lainnya. Kami sering terjun langsung ke masyarakat, namun sepertinya masyarakat
belum menyadari betul akan pentingnya pemeliharaan dan pemanfaatan naskah-naskah
tersebut kuno, mereka lebih banyak berkutat dalam wilayah mistik yang tidak
mendasar. Hal ini sebuah tantangan bagaimana agar bentuk warisan budaya itu
bisa tetap terpelihara, sudah barang tentu harus bekerja sama dengan
pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan masalah ini. Langkah kami sangat
terbatas, kami menyadari betul akan hal ini oleh itu kami mengajak bergandeng
tangan untuk sebuah penyelamatan warisan budaya.
SENI TRADISI YANG SUDAH
TERKUBUR DALAM
Seni macapat atau pujanggaan merupakan warisan budaya
leluhur, yang mana sumber-sumber yang digunakannya adalah berupa naskah kuno. Tentang
kebiasaan penyalinan naskah-naskah kuno itu, kami menemukan bukti salinan-salinan
babad ataupun primbon yang menunjuk angka
tahun ; 1932 [Alm. Wa Karyo,
Cidempet-Arahan], 1972 [Naskah Buyut Irig, Sekober-Indramayu], 1980 [Primbon Ki
Daryan, Karangdawa-Cikedung], 1982 [Babad Dermayu Naskah Tambi, Kamawijaya].
Hampir dapat disimpulkan bahwa dalam jangka waktu 30 tahunan sejak tahun 1980,
generasi pujangga/pembaca naskah kuna telah habis demikian juga generasi
penyalin naskah. Sehingga keberadaan naskah-naskah kuno menjadi terasingkan
dalam masyarakat ataupun anak cucu kita sendiri, seiring dengan ini orang-orang
barat sepertinya giat mempelajari budaya seni tradisi kita, tetapi jangan
sampai kelak anak cucu kita menjadi terbalik malah belajar kepada mereka.
Kandungan tembang macapat sangat mendorong terhadap
pembentukan budi pekerti luhur kepada pengamalnya, biasanya tembang2 itu menceritakan
; babad, tasawuf, ilmu kaweruh, hikayat nabi dan lain-lain. Dimasa sekarang
seni pujanggaan sepertinya sudah kurang dikenal lagi, lebih-lebih oleh
putra-putri kita dewasa ini, mereka merasa asing terhadap tembang-tembang jawa,
seperti ; Dangdang Gula, Sinom, Kasmaran, Kinanti, Pangkur, Mijil, Blakbak dan
lain-lian. Sepertinya kita harus segera mencari tokoh penembang/pembaca naskah
kuno untuk diregenareasikan, dan upaya yang paling tepat dilakukan adalah
melalui dunia pendidikan secara bertahap.
MOHON DIAPRESIASI PIHAK AKADEMIS SUPAYA TIDAK MUSNAH
Atas segala yang telah kami upayakan yaitu mengumpulkan,
memetakan, alih aksara dan alih bahasa naskah-naskah kuna ataupun rontal yang
menggunakan tulisan jawa dan pegon itu belum terpublikasikan secara maksimal. Sekiranya ke depan ada pihak akademisi atau
pihak-pihak lain yang ikut mendorong terhadap wujud pelestariannya.
Semanten saking kula wong tepis wiring [desa pinggiran],
menawi wonten kesawonan lali kelawan luput, kula atas nami Sanggar Aksara Jawa
nyuwun agung pangapunten den jembar ing pangampura serta kawula nyuwun kabanjiri
maklum.
Wassallamu’allaikum wr. Wb.
No comments:
Post a Comment