Monday, April 25, 2016
Tuesday, April 19, 2016
LONTAR AMONGROGO INDRAMAYU
LONTAR AMONGROGO INDRAMAYU
Bahan : Daun Lontar
Warna Tinta : hitam [arang kemiri]
Aksara & Bahasa : Cacarakan, Cirebon - Dermayu
Penulis : Ki Tarka Sutrahardja - Cikedung
Tahun : 2016
Pemilik : Ki Tarka Sutarahardja
Penemu : -
Tempat Simpan : Sanggar Aksara Jawa, Cikedung, Indramayu
Keadaan Fisik :Anyar
Pada tahun 2006-an saya silaturahmi ke rumah Wa Ruslan Pujangga Puntang Losarang, untuk menelusur naskah-naskah kuna. Pada waktu itu saya diberikan salinan Naskah Amongrogo [Latin]. Pada awal tahun 2016 terungkap bahwa Naskah itu sebenarnya berasal dari Bapak Iman Celeng, ia sengaja menitipkan benda tersebut kepada Alm. Wa Ruslan untuk dialih aksarakan, demikian menurut penuturan keluarga dari Bapak Iman. Ia mencari Naskah Asli milik eyangnya itu hingga datang ke Sanggar Aksara Jawa, beruntung file salinannya masih tersimpan.
Maka sebagai rasa hormat saya kepada sahabat sepuh yang telah tiada yang telah berjasa memberi salinan naskah serta menuntun/mengajarkan beberapa pupuh tembang, kemudian dibuatkanlah kembali LONTAR AMONGROGO INDRAMAYU ini. Semoga benda ini menjadi tetamba hati, meskipun yang original lenyap namun telah muncul bentuk baru.
Lontar ini berisikan ajaran tauhid, ada Paham Martabat Tujuh, juga Rembugan Para Wali Jawa yang mengupas tentang diri sejati. Dalam satu pupuh menyebutkan ;
Bahan : Daun Lontar
Warna Tinta : hitam [arang kemiri]
Aksara & Bahasa : Cacarakan, Cirebon - Dermayu
Penulis : Ki Tarka Sutrahardja - Cikedung
Tahun : 2016
Pemilik : Ki Tarka Sutarahardja
Penemu : -
Tempat Simpan : Sanggar Aksara Jawa, Cikedung, Indramayu
Keadaan Fisik :Anyar
Pada tahun 2006-an saya silaturahmi ke rumah Wa Ruslan Pujangga Puntang Losarang, untuk menelusur naskah-naskah kuna. Pada waktu itu saya diberikan salinan Naskah Amongrogo [Latin]. Pada awal tahun 2016 terungkap bahwa Naskah itu sebenarnya berasal dari Bapak Iman Celeng, ia sengaja menitipkan benda tersebut kepada Alm. Wa Ruslan untuk dialih aksarakan, demikian menurut penuturan keluarga dari Bapak Iman. Ia mencari Naskah Asli milik eyangnya itu hingga datang ke Sanggar Aksara Jawa, beruntung file salinannya masih tersimpan.
Maka sebagai rasa hormat saya kepada sahabat sepuh yang telah tiada yang telah berjasa memberi salinan naskah serta menuntun/mengajarkan beberapa pupuh tembang, kemudian dibuatkanlah kembali LONTAR AMONGROGO INDRAMAYU ini. Semoga benda ini menjadi tetamba hati, meskipun yang original lenyap namun telah muncul bentuk baru.
Lontar ini berisikan ajaran tauhid, ada Paham Martabat Tujuh, juga Rembugan Para Wali Jawa yang mengupas tentang diri sejati. Dalam satu pupuh menyebutkan ;
Sek
bentong samya melingi
Amedar
ing pangawikan
Kang
aran allah jatine
Tanana
liyan kawula
Kang
dadi kenyatahan
Nyawa
ing kawula nipun
Kang
minangka katunggalan
Syeikh Benthong memaparkan pendapatnya bahwa yang dimaksud dengan Allah adalah tak lain kawula yang menjadi kenyataanNya. Nyawa adalah kawulaNya yang sebagai ketunggalan. Dan masih banyak pengertian hakikat yang dipaparkan di dalamnya, Dan Lontar ini adalah sangat penting bagi anda para pencari diri sejati.
Monday, April 11, 2016
BABAD CIREBON NASKAH SINDANG
Babad Cirebon
Bahan Kertas : Kertas Eropah
Warna Tinta : hitam, merah
Aksara & Bahasa : Cacarakan, Cirebon - Dermayu
Penulis : Ki Dulpari, Pasar Sokawarna - Sindang
Tahun : 1862 [dipegang oleh Ki Kartawijaya Sindang Indramayu]
Pemilik : Ki Tarka Sutaraharda
Penemu : -
Tempat Simpan : Sanggar Aksara Jawa, Cikedung _ Indramayu
Keadaan Fisik : bagus
Isi ringkas :
Raden Welangsungsang dan Nyi Rarasantang keluar dari Pajajaran untuk mencari ilmu agama, setelah
bertemu dengan Syeikh Datukhafi keduanya kemudian diajarkan agama rasul. Kemudian sang guru memerintahkan kepada Raden bersama istri Nyi Endang Geulis putri Ki Danuwarsih dan adiknya membabad hutan di Kebon Pesisir. Setelah menjadi padukuhan, Raden Welangsungsang dan adiknya disuruh Munggah Kaji. Namun akhirnya Nyi Rarasantang dinikahi Sultan Hut Mesir dan menurunkan dua putra, Syarif Hidayatullah kemudian menjadi Sunan Gunung Jati dan adiknya Syarif Arifin meneruskah tahta ayahanda. Sepulah dari Mekah Syeikh Abdul Iman mampir di negara Ace, kebetulan Jeng Sultan Ace telah mendapatkan musibah ditinggal mati oleh istrinya. Ia meningalkan jabang bayi perempuan yang kemudian dipungut dan dibawa ke Cirebon oleh Syeikh Abdul Iman, setelah dewasa diberinama Nyi Ratu Gandasari.
Bersama Mbah Kuwu Sangkan, SGJ dan Dewan Wali Sanga mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa. Brawijaya Majapahit runtuh kemudian digantikan dengan berdirinya Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa. Berdasarkan musyawarah Dewan Wali Sanga maka Raden Patah diangkat menjadi Sultan Demak. Demikian juga dengan Galuh akhirnya bisa ditundukan Cirebon.
Dalam Naskah Sindang tercantum juga ajaran tauhid, penjelasan mengenai kehakikatan juga dihahas. Sanghyang Danuwarsih yang juga merupakan mertua dari Raden Welangsungsang mengajarkan kepada menantunya ; "Jika sang jasad menderita sakit sesungguhnya siapa yang merasakan sakit, apabila kelak mati bagaimanakah tingkahnya. Nyawa atau ruh itu masuk ataukah keluar dari raga, jika masuk seberapa dekatnya dan apabila keluar seberapa kejauhannya. Serta dimanakah tempatnya kelak setelah tiada"
Ada sidang dewan wali yang mengungkap DIRI SEJATI. Karomah-karomah waliyullahpun diceritakan disana.
Raden Syahid menelusuri perjalanan batin hingga bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS, ia diwejangkan ilmu sejati kemudian menjadi seorang waliyullah bergelar Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam dengan mempertontonkan pagelaran ringgit purwa.
Raden Syahid membeli dongeng tiga perkara sebesar 1000 dinar kepada kakek gaib. Ia memegang teguh
amanat tiga perkara itu, akhirnya menghantarkan ke derajat mulia. Namun rupanya Nyi Ratu Giri Lawungan berputus asa tidak bisa bersanding dengan Raden Syahid, hingga kemudian ia menceburkan diri ke laut kidul dan menjadi penguasa bangsa lelembut disana.
Tertulis juga tentang pertemuan antara Dalem Dermayu dengan Harya Kemuning. Harya Kemuning ingin menaklukan Dermayu, walau hal itu dilarang oleh SGJ yang telah mengetahui identitas sebenarnya tentang Dalem Dermayu.
Dalem Dermayu turut berguru kepada Jeng Sunan, Akhirnya Harya Kemuning merasa malu atas kecerobohannya.
Bahan Kertas : Kertas Eropah
Warna Tinta : hitam, merah
Aksara & Bahasa : Cacarakan, Cirebon - Dermayu
Penulis : Ki Dulpari, Pasar Sokawarna - Sindang
Tahun : 1862 [dipegang oleh Ki Kartawijaya Sindang Indramayu]
Pemilik : Ki Tarka Sutaraharda
Penemu : -
Tempat Simpan : Sanggar Aksara Jawa, Cikedung _ Indramayu
Keadaan Fisik : bagus
Isi ringkas :
Raden Welangsungsang dan Nyi Rarasantang keluar dari Pajajaran untuk mencari ilmu agama, setelah
bertemu dengan Syeikh Datukhafi keduanya kemudian diajarkan agama rasul. Kemudian sang guru memerintahkan kepada Raden bersama istri Nyi Endang Geulis putri Ki Danuwarsih dan adiknya membabad hutan di Kebon Pesisir. Setelah menjadi padukuhan, Raden Welangsungsang dan adiknya disuruh Munggah Kaji. Namun akhirnya Nyi Rarasantang dinikahi Sultan Hut Mesir dan menurunkan dua putra, Syarif Hidayatullah kemudian menjadi Sunan Gunung Jati dan adiknya Syarif Arifin meneruskah tahta ayahanda. Sepulah dari Mekah Syeikh Abdul Iman mampir di negara Ace, kebetulan Jeng Sultan Ace telah mendapatkan musibah ditinggal mati oleh istrinya. Ia meningalkan jabang bayi perempuan yang kemudian dipungut dan dibawa ke Cirebon oleh Syeikh Abdul Iman, setelah dewasa diberinama Nyi Ratu Gandasari.
Bersama Mbah Kuwu Sangkan, SGJ dan Dewan Wali Sanga mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa. Brawijaya Majapahit runtuh kemudian digantikan dengan berdirinya Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa. Berdasarkan musyawarah Dewan Wali Sanga maka Raden Patah diangkat menjadi Sultan Demak. Demikian juga dengan Galuh akhirnya bisa ditundukan Cirebon.
Dalam Naskah Sindang tercantum juga ajaran tauhid, penjelasan mengenai kehakikatan juga dihahas. Sanghyang Danuwarsih yang juga merupakan mertua dari Raden Welangsungsang mengajarkan kepada menantunya ; "Jika sang jasad menderita sakit sesungguhnya siapa yang merasakan sakit, apabila kelak mati bagaimanakah tingkahnya. Nyawa atau ruh itu masuk ataukah keluar dari raga, jika masuk seberapa dekatnya dan apabila keluar seberapa kejauhannya. Serta dimanakah tempatnya kelak setelah tiada"
Ada sidang dewan wali yang mengungkap DIRI SEJATI. Karomah-karomah waliyullahpun diceritakan disana.
Raden Syahid menelusuri perjalanan batin hingga bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS, ia diwejangkan ilmu sejati kemudian menjadi seorang waliyullah bergelar Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam dengan mempertontonkan pagelaran ringgit purwa.
Raden Syahid membeli dongeng tiga perkara sebesar 1000 dinar kepada kakek gaib. Ia memegang teguh
amanat tiga perkara itu, akhirnya menghantarkan ke derajat mulia. Namun rupanya Nyi Ratu Giri Lawungan berputus asa tidak bisa bersanding dengan Raden Syahid, hingga kemudian ia menceburkan diri ke laut kidul dan menjadi penguasa bangsa lelembut disana.
Tertulis juga tentang pertemuan antara Dalem Dermayu dengan Harya Kemuning. Harya Kemuning ingin menaklukan Dermayu, walau hal itu dilarang oleh SGJ yang telah mengetahui identitas sebenarnya tentang Dalem Dermayu.
Dalem Dermayu turut berguru kepada Jeng Sunan, Akhirnya Harya Kemuning merasa malu atas kecerobohannya.
Saturday, April 9, 2016
NASKAH PAMEKASAN MADURA #2
NASKAH PAMEKASAN, MADURA #2
Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta : hitam
Aksara & Bahasa : Jawa
Penulis : -
Tahun : -
Pemilik : KH. Izlamuddin
Penemu : KH. Izlamuddin
Tempat Simpan : Sanggar Aksara Jawa, Cikedung _ Indramayu [Sementara]
Keadaan Fisik : banyak lubang rengat, tulisan banyak yang samar, sisi2 gerepes [karena usia yang sudah tua]
Isi ringkas :
Naskah ini menceritakan Pakem Ringgit Purwa [wayang kulit], tulisan yang sudah menispis/samar, kertas banyak berlubang karena dimakan rengat. Hal ini begitu menyulitkan proses alih aksara, naskah ini kurang lebih sudah satu tahun lamanya menginap di Sanggar Aksara Jawa, proses alih aksara sering buntu sehingga pindah ke garapan naskah2 yang lain. Namun kami tidak putus asa, tetap berusaha agar bisa menyingkap isi naskah ini.
Beberapa halaman mulai terungkap
1.
.... hiya hiki, widadari hayu-hayu, dhu mas
kathahi mangké, diwi supraba tapani, hiya hiku tuturuni hayu sadaya //
2.
// radén naryya dananjaya, malabeting dalem puri, kapanggih paran
subadra, kalayan ratna srikandi, centheng-centheng dinya nglipangura capi
arangrung, hanuli napa halon, kakang suwi...... [tidak terbaca] kawula hatakén
bertara //
3.
// ..... [tidak terbaca] hiran kawula,
tutur-tutur radén ............., putra nira hiku yayi, kinungkuni sahaji,
watarah kersna puniku, hambakta suar mangké, hinata sabrang ta yayi, tasik
betdhi ..... punni nagara //
4.
// kinutku nalamar hika, ..... nahabah
surat niki, sarta wnak tanan gabar, [hlm.
1] gambari hadipati, ki purwa yata singgi, harsa hakrama puniku, kinaryya
tatambanya, negara hamerta yayi, nura waras yén tan gatut kaca, hakramaha //
5.
// mulani ta hanakira, si habimanyu puniki
/ tananah hikang prayuga, katha wong hadherta singgi, .............. [tidak
terbaca] sunbadra tumungkul, sarwi husapi waspa, tibéng salang-salang hiki,
kang mangkanah kakang prabu narawatya //
6.
//
bucalagih papasiyan, kanihayah kakang hadi, yata sira ngrungu berta, sang ratna
siti sundari, tumurun duk singgi, hing pasariyan [hlm. 2] sang hayu, majeng sri kara paman, pundi putra nika singgi,
kanihayah paman kawulah din pisa //
7.
// nora kayaha si paman, putri dika wonten
pundi, nura belasing kawula, wong lagiyaman puniki, nulya din pisah kami, janur
kuning hawaking sun, yén pupusi nala, dalancang riniking paksi, hanaking
ngwang, pan kari layang-layangan //
8.
// hupamani hawaking ngwang, lwir wong
habéntaru kili, tanana sudimuha, hamupusa wiji-wiji, hanuli tinilar kami,
sahenggin manira kanot, baya hagung pataka, henggénirané kakalit, kang sun
tedah lungah, hinggal datenga // [hlm.
3]
// kalabang sinandung
mungcar, nura renah hikang hati, satriya
tilar nagari, susahi hati tah siwi, sun kakembang hawak mami, kembang bigar
hawak kisun, karila yéni mangké, kembang hanot tiba wani, wisa temen paman
hapus kawula //
1.
Wednesday, April 6, 2016
NASKAH PAMEKASAN, MADURA #1
Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta : hitam
Aksara & Bahasa : Jawa
Penulis : Bandar Delegan
Tahun : 1749
Pemilik : KH. Izlamuddin
Penemu : KH. Izlamuddin
Tempat Simpan : Pamekasan, Madura
Keadaan Fisik : masih bagus
Isi ringkas :
- Piqih - Tauhid
Samud Ibnu Salam adalah seorang Pendeta Nasrani, ia mau tunduk kepada Rasulullah dengan syarat jika Kanjeng Rasulullah bisa menjawab pertanyaan2 yang menyangkut ajaran lahir dan batin. Sang Samud itu melancarkan persoalan2 yang sulit bagi Rasulullah, sampai bertanya mengenai hakikat Johar Awal dan Manunggaling Kawula Gusti. Namun Jeng Nabi menjawabnya dengan gamblang, sehingga sang pendeta dan kumnya masuk Islam.
NASKAH KABUYUTAN GANDOANG, CIAMIS
NASKAH KABUYUTAN GANDOANG
Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta : hitam
Aksara & Bahasa : Carakan, Bahasa Cirebon.
Penulis : -
Pemilik : Kuncen Situs Kabuyutan Gandoang
Penemu : Tapakaruhun, Galuh
Tempat Simpan : Ds. Wanasigra, Cikoneng - Ciamis
Keadaan Fisik : beberapa lembar termakan rengat
Isi ringkas :
- Pengukuhan Adpati Imbanagara
- Pembagian wilayah
-Silsilah garis Nabiyullah
Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta : hitam
Aksara & Bahasa : Carakan, Bahasa Cirebon.
Penulis : -
Pemilik : Kuncen Situs Kabuyutan Gandoang
Penemu : Tapakaruhun, Galuh
Tempat Simpan : Ds. Wanasigra, Cikoneng - Ciamis
Keadaan Fisik : beberapa lembar termakan rengat
Isi ringkas :
- Pengukuhan Adpati Imbanagara
- Pembagian wilayah
-Silsilah garis Nabiyullah
Tuesday, April 5, 2016
NASKAH CIKUPA #2
NASKAH CIKUPA #2
Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta : hitam
Aksara & Bahasa : Carakan, Bahasa Cirebon.
Penulis : -
Pemilik : Sesepuh Desa Cikupa
Penemu : Tapakaruhun, Galuh
Tempat Simpan : Ds. Cikupa - Ciamis
Keadaan Fisik : tulisan ngeblur, sehingga sukar dibaca
Isi ringkas :
- Tauhid
- Mantra Sunda
- Mantra Cirebon
Menukil, Alih Aksara Hal.
2
1. Bismilahhirah mannirahhimi / punika mas-
2.
salah élmu kapinagurokaken iku
3.
sapuluh prakara kang dingin iku adepping
la[m]pah
4.
lan kapindo lu[ng]guhing patikan kaping
tiga
5.
pa[n]cering ti[ng]al lan kaping pat patitis
6.
pati / lan kaping lima leburan papan ka-
7.
lawan tulis lan kaping nem kija tilawat
8.
lan kaping pitu sa[m]purnaning [ba[n]yu]
lan
9.
kaping wolu sahadat jati kang halilang
tanpa
10.
ku[m]pulan // lan kaping sanga sahadat
11.
jati kapurba ing jagat kabéh lan kaping
12.
sapuluh [wadananing] caremé barising kaca
Alih Bahasa :
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah masalah ilmu, ajarkanlah perihal ilmu 10 perkara ;
yang pertama menghadapkan [tertuju pada] laku lampah
yang kedua kedudukan/kenyataan tatkala mati
yang ketiga pacer [pusat/fokus]nya penglihatan
yang keempat patitising pati [mati khusnul khatimah/meninggal yang utama]
yang kelima lebure papan kelawan tulis [hancurnya jasad]
yang keenam kija tilawat
yang ketujuh sampurnanya air
yang kedelapan syahadat sejati yang hilah tanpa berkumpul
yang kesembilan syahadat sejati kapurba ing jagat kabeh
yang kesepuluh careme barising kaca [cermin sejati]
Monday, April 4, 2016
NASKAH CIKUPA #1
NASKAH CIKUPA #1
Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta : hitam
Aksara & Bahasa : Carakan, Bahasa Cirebon.
Penulis : -
Pemilik : Sesepuh Desa Cikup
Penemu : Tapak Karuhun, Galuh
Tempat Simpan : Ds. Cikupa - Ciamis
Keadaan Fisik : tulisan ngeblur, sehingga sukar dibaca
Isi ringkas :
- Tauhid
- Mantra Sunda
- Mantra Cirebon
Subscribe to:
Posts (Atom)