Pihak DKM Masjid Pengauban, Lelea Indramayu bersama dengan Majelis Sunan Gunung Jati Cirebon pada peringatan Maulid Nabi, tanggal 30 Desember 2015 yang lalu mengadakan serangkaian acara ;
Rampak Hadroh Remaja Masjid Pengauban
Pembacaan Ratib Maulid Nabi
Pembacaan Silsilah Sunan Gunung Jati Cirebon
Kidungan Ki Dalang Sukmalaya
Sepenggal Babad Dermayu [Indramayu]
Tausyiah Habib Fauzan Tanjung Priuk
Acara begitu semarak hingga larut malam, pemerintah setempat, para santri, tokoh muda, alim ulama dan masyarakat disana tidak bergeming mengikuti acara hingga berakhir. Hadir dari Majelis Sunan Gunung Jati Cirebon ; Pangeran Bugon Darmakusuma - Kacirebonan, Pangeran Oman Sumantri Suryanagara - Kanoman, Raden Muhamad Nanang - Kasepuhan, Kang Bagus Banten.
RINGKASAN
BABAD DERMAYU
Oleh
: Ki Tarka Sutarahardja
Syahdan Ki Tumenggung Gagak Singalodraka Bagelen
mempunyai putra 5 orang ; Raden Wangsanegara, Raden Wangsayuda, Raden
Wiralodra, Raden Tanujaya, dan Raden Tanujiwa. Pada suatu ketika Raden
Wiralodra bertafakur di Gunung Sumbing selama tiga tahun, ia memadukan ilmu
syari’at, tarikat, hakikat dan ma’rifat menjadi satu maka pada suatu malam Jum’at
diperolehlah anugrah wangsit dari Allah Swt “agar membabad hutan kali cimanuk
yang berada di wilayah barat. Kelak setelah menjadi negara, akan ramai makmur dan
akan diduduki hingga sampai generasi ke tujuh”
Jika ditarik secara silsilah berdasarkan sumber Babad Dermayu
dan Babad Bagelen menyatakan bahwa Raden Wiralodra masih trah dari Raja Majapahit.
Dalam Babad Bagelen tertulis bahwa Prabu
Hayam Wuruk Majapahit menurunkan 2 putra dari selir yang bernama ; Raden
Jayakusuma dan Nyimas Ayu Sandiyah, kelak dari garis keturunan Nyimas Ayu
Sandiyah menurunkan Bagus Taka dan Bagus Singa setelah keduanya berjasa kepada
Sultan Agung kemudian Bagus Taka dianugrahi gelar Mantri Prawiralodra atau
disebut juga Wiralodra, dan adiknya Mantri Singapati.
Dalam perjalanannya mencari hutan Cimanuk dengan mendapatkan
restu dari kedua orang tua serta ditemani panakawan Kyai Tinggil, Raden
Wiralodra berjalan menuju ke arah Barat dari Bagelen. Walaupun penuh dengan
rintangan namun tetap teguh untuk mencapai cita2, perjumpaannya dengan Kidang
Pananjung dari Pajajaran atau lebih dikenan dengan sebutan Ki Buyut Sidum yang
selalu memberikan petunjuk, akhirnya pada sauatu ketika melalui perantara Kijang
Kencana maka ditemukanlah hutan cimanuk. Raden Wiralodra bersama Ki Tinggil mulai
membabad hutan mendirikan Padukuhan, setelah menjadi hamparan lahan subur maka banyak
orang yang berdatangan dari berbagai negara dengan maksud untuk menumpang hidup
dengan bercocok tanan dan lain sebagainya.
Perjumpaanya dengan Nyi Endang Darma walau sempat
berselisih gara2 gugurnya Pangeran
Selawe yang berasal dari Palembang, malah justru membuat bertambah
berkembangnya padukuhan Cimanuk tersebut. Pada suatu ketika nama padukuhan Cimanuk
diresmikan menjadi sebuah negara bernama Dharma Ayu atau Dermayu, dan Raden Wiralodra
sendiri yang menjadi Ki Dalem ataupun Adipati Pertama di sana. Meskipun Nyi
Endang Darma dinyatakan menceburkan diri di tuk kali cimanuk gunung papandayan,
namun dua sumber tertulis lain yatiu Lontar Babad Dharma Ayu Nagari sebanyak 26
keping dan Manuskrip Kulit Menjangan menyatakan bahwa keduanya menikah dan
menurunkan empat orang putra ; Raden Sutamerta, Raden Wirapati, Nyi Ayu Inten
dan Raden Driyantaka.
Sepeninggal Wiralodra Pertama kemudian kedudukan
diteruskan secara turun temurun oleh ; Raden Wirapati Wiralodra II, Raden
Sawerdi Wiralodra III, Raden Benggala Wiralodra IV, Raden Benggali Dalem
Singalodra, Raden Semangun Wiralodra V, Raden Krestal Wiralodra VI, Raden
Marngali Wirakusuma Wiralodra VII.
Kira-kira pada masa pemerintahan Wiralodra VI
terjadilah pemberontakan Ki Bagus Rangin dan kawan-kawan. Pemberontakan ini
begitu populer dan mendapat dukungan dari masyarakat luas sehingga pihak
kompeni tidak mudah menangkapnya. Tentang siapakah Ki Bagus Rangin, salah satu
sumber silsilah kebagusan yang penulis dapatkan dari Keluarga Ki Bagus
Wangsakrama Anjatan, Indramayu. Menuliskan bahwa putri dari Selir Sultan
Cirebon kala masa itu menikah dengan Ki Buyut Senteyom Majalengka kemudian
menurunkan Ki Bagus Rangin. Ki Buyut Senteyom merupakan ulama gedhe dari Demak
yang menyebarkan Islam di Majalengka. Pada saat itu di bumi Nusantara sedang
terjadi kekacauan yang di sebabkan oleh penjajahan Belanda, demi untuk
melanggengkan kekuasaan di nusantara Belanda mengadu domba pihak2 penguasa
setempat, tidak luput juga terjadi konflik di Cirebon dan Indramayu sebagai
bawahannya.
Inilah yang membuat jiwa besar Ki Bagus Rangin
berontak, ialah tidak tinggal diam manakala hak2 rakyat diinjak2 dan
disengsarakan. Sudah barang tentu nama Ki Bagus Rangin melekat di hati
masyarakat, karena beliau adalah pejuang dan tokoh ulama yang dihormati. Jejak2
persinggahan Ki Bagus Rangin sampai sekarang masih dapat ditelusuri diantaranya
; Sumur Dalem terletak di sebelah Selatan Desa Amis, Alas Sinang, Rawa Citra,
terus hingga ke pegaden dan tempat2 bersejarah lainnya. Demikian juga menurut
cacatatn hikayat Desa Tegal Bedug Pengauban [Daryakum, Tagog] tak luput dari
kenangan nama tokoh Ki Bagus Rangin.
Foto Bersama :
No comments:
Post a Comment