Friday, January 8, 2016

PERINGATAN MAULID NABI, MASJID PENGAUBAN LELEA INDRAMAYU, 12/2015



Pihak DKM Masjid Pengauban, Lelea Indramayu bersama dengan Majelis Sunan Gunung Jati Cirebon pada peringatan Maulid Nabi, tanggal 30 Desember 2015 yang lalu mengadakan serangkaian acara ;

Rampak Hadroh Remaja Masjid Pengauban
Pembacaan Ratib Maulid Nabi
Pembacaan Silsilah Sunan Gunung Jati Cirebon
Kidungan Ki Dalang Sukmalaya
Sepenggal Babad Dermayu [Indramayu]
Tausyiah Habib Fauzan Tanjung Priuk

Acara begitu semarak hingga larut malam, pemerintah setempat, para santri, tokoh muda, alim ulama dan masyarakat disana tidak bergeming mengikuti acara hingga berakhir. Hadir dari Majelis Sunan Gunung Jati Cirebon ; Pangeran Bugon Darmakusuma - Kacirebonan, Pangeran Oman Sumantri Suryanagara - Kanoman, Raden Muhamad Nanang - Kasepuhan, Kang Bagus Banten.



 
RINGKASAN BABAD DERMAYU
Oleh : Ki Tarka Sutarahardja


Syahdan Ki Tumenggung Gagak Singalodraka Bagelen mempunyai putra 5 orang ; Raden Wangsanegara, Raden Wangsayuda, Raden Wiralodra, Raden Tanujaya, dan Raden Tanujiwa. Pada suatu ketika Raden Wiralodra bertafakur di Gunung Sumbing selama tiga tahun, ia memadukan ilmu syari’at, tarikat, hakikat dan ma’rifat menjadi satu maka pada suatu malam Jum’at diperolehlah anugrah wangsit dari Allah Swt “agar membabad hutan kali cimanuk yang berada di wilayah barat. Kelak setelah menjadi negara, akan ramai makmur dan akan diduduki hingga sampai generasi ke tujuh”
Jika ditarik secara silsilah berdasarkan sumber Babad Dermayu dan Babad Bagelen menyatakan bahwa Raden Wiralodra masih trah dari Raja Majapahit.  Dalam Babad Bagelen tertulis bahwa Prabu Hayam Wuruk Majapahit menurunkan 2 putra dari selir yang bernama ; Raden Jayakusuma dan Nyimas Ayu Sandiyah, kelak dari garis keturunan Nyimas Ayu Sandiyah menurunkan Bagus Taka dan Bagus Singa setelah keduanya berjasa kepada Sultan Agung kemudian Bagus Taka dianugrahi gelar Mantri Prawiralodra atau disebut juga Wiralodra, dan adiknya Mantri Singapati.
Dalam perjalanannya mencari hutan Cimanuk dengan mendapatkan restu dari kedua orang tua serta ditemani panakawan Kyai Tinggil, Raden Wiralodra berjalan menuju ke arah Barat dari Bagelen. Walaupun penuh dengan rintangan namun tetap teguh untuk mencapai cita2, perjumpaannya dengan Kidang Pananjung dari Pajajaran atau lebih dikenan dengan sebutan Ki Buyut Sidum yang selalu memberikan petunjuk, akhirnya pada sauatu ketika melalui perantara Kijang Kencana maka ditemukanlah hutan cimanuk. Raden Wiralodra bersama Ki Tinggil mulai membabad hutan mendirikan Padukuhan, setelah menjadi hamparan lahan subur maka banyak orang yang berdatangan dari berbagai negara dengan maksud untuk menumpang hidup dengan bercocok tanan dan lain sebagainya.
Perjumpaanya dengan Nyi Endang Darma walau sempat berselisih  gara2 gugurnya Pangeran Selawe yang berasal dari Palembang, malah justru membuat bertambah berkembangnya padukuhan Cimanuk tersebut. Pada suatu ketika nama padukuhan Cimanuk diresmikan menjadi sebuah negara bernama Dharma Ayu atau Dermayu, dan Raden Wiralodra sendiri yang menjadi Ki Dalem ataupun Adipati Pertama di sana. Meskipun Nyi Endang Darma dinyatakan menceburkan diri di tuk kali cimanuk gunung papandayan, namun dua sumber tertulis lain yatiu Lontar Babad Dharma Ayu Nagari sebanyak 26 keping dan Manuskrip Kulit Menjangan menyatakan bahwa keduanya menikah dan menurunkan empat orang putra ; Raden Sutamerta, Raden Wirapati, Nyi Ayu Inten dan Raden Driyantaka.

Sepeninggal Wiralodra Pertama kemudian kedudukan diteruskan secara turun temurun oleh ; Raden Wirapati Wiralodra II, Raden Sawerdi Wiralodra III, Raden Benggala Wiralodra IV, Raden Benggali Dalem Singalodra, Raden Semangun Wiralodra V, Raden Krestal Wiralodra VI, Raden Marngali Wirakusuma Wiralodra VII.
Kira-kira pada masa pemerintahan Wiralodra VI terjadilah pemberontakan Ki Bagus Rangin dan kawan-kawan. Pemberontakan ini begitu populer dan mendapat dukungan dari masyarakat luas sehingga pihak kompeni tidak mudah menangkapnya. Tentang siapakah Ki Bagus Rangin, salah satu sumber silsilah kebagusan yang penulis dapatkan dari Keluarga Ki Bagus Wangsakrama Anjatan, Indramayu. Menuliskan bahwa putri dari Selir Sultan Cirebon kala masa itu menikah dengan Ki Buyut Senteyom Majalengka kemudian menurunkan Ki Bagus Rangin. Ki Buyut Senteyom merupakan ulama gedhe dari Demak yang menyebarkan Islam di Majalengka. Pada saat itu di bumi Nusantara sedang terjadi kekacauan yang di sebabkan oleh penjajahan Belanda, demi untuk melanggengkan kekuasaan di nusantara Belanda mengadu domba pihak2 penguasa setempat, tidak luput juga terjadi konflik di Cirebon dan Indramayu sebagai bawahannya.
Inilah yang membuat jiwa besar Ki Bagus Rangin berontak, ialah tidak tinggal diam manakala hak2 rakyat diinjak2 dan disengsarakan. Sudah barang tentu nama Ki Bagus Rangin melekat di hati masyarakat, karena beliau adalah pejuang dan tokoh ulama yang dihormati. Jejak2 persinggahan Ki Bagus Rangin sampai sekarang masih dapat ditelusuri diantaranya ; Sumur Dalem terletak di sebelah Selatan Desa Amis, Alas Sinang, Rawa Citra, terus hingga ke pegaden dan tempat2 bersejarah lainnya. Demikian juga menurut cacatatn hikayat Desa Tegal Bedug Pengauban [Daryakum, Tagog] tak luput dari kenangan nama tokoh Ki Bagus Rangin. 

Foto Bersama :






No comments:

Post a Comment