Monday, August 29, 2016





 LONTAR PEKAN BARU, "JATISWARA"

Sepertinya lontar ini sudah banyak lempiran-lempiran yang hilang, ini terbukti dengan bentuk cerita yang tidak berurutan dan sering putus. Namun demikian, penemuan lontar milik Bapak Prajogo Riau, Pekan Baru ini sungguh luar biasa. Seolah kemunculannya ingin menjebol dinding keangkuhan jaman modern serta mengingatkan kembali kepada kita akan warisan budaya leluhur yang adi luhung.

Kemungkinan besar lontar ini berjudul “JATISWARA” menurut pengamatan dan analisa Filolog Doddie Yulianto Cirebon, model cacarakan yang digunakannya merujuk pada jaman Demak – Pajang. Kharakter cacarakan yang khas begitu rumit untuk ditelusuri, dan juga penggunaan Bahasa Jawa yang telah banyak tidak dikenali lagi. Penalaran, insting untuk mengetahui rasa bahasa kuna serta pengetahuan perbandingan karya-karya sastra yang lain sangat penting keberadaannya dalam menganalisa makna Lontar Jatiswara tersebut, M. Mukhtar Zaeddin RBN Pesambangan Jati Cirebon. Ray Mengku Sutentra SAJA mengatakan, “Janganlah kita sampai kehilangan akar budaya” Semoga saja apa yang telah kami upayakan semaksimal mungkin ini dapat bermanfaat. Kami team Sanggar Aksara Jawa Indramayu menyadari sepenuhnya dalam proses alih aksara dan bahasa ini begitu banyak kekurangan dengan segala keterbatasan.  

Sunday, May 22, 2016

TURUN BAGAL APA TURUN WIJIL

Kata Bagal [Bagal Jagung] terkadang lebih ditujukan kepada sesuatu yang buruk, sebab setelah butiran-butiran biji jagung diambil [dikonsumsi] maka Bagal akan dibuang begitu saja, lama-kelamaan akan menjamur dan membusuk seperti sampah biasa. Namun para sepuh terkadang memaknai kata "Bagal" sebagai sebuah sindiran atau instrospeksi diri akan keberadaan dirinya dalam tatanan hidup bermasyarakat. Tak jarang juga kata "Bagal" digunaakan sebagai sebuah kenyataan dari wong cilik. Dalam dunia pewayangan kata Bagal juga masuk kedalam nama salah satu tokoh punakawan Para Pandawa di Negara Amarta. Bagal Buntung merupakan salah satu putra daripada Ki Semar [Sanghyang Munged] yang mempunyai waris Kedewatan [Kedudukan], tetapi ia bernasib menjadi punakawan saja.

Kata Turun Bagal atau Turun Wijil sering dimaknai sebagai ungkapan, sebagaimana seorang Wa Kaji bertutur, "Kita mah mader turun bagal, saya sih hanya keturunan dari orang biasa saja" Walaupun ia sudah menjadi seorang haji yang menpunyai kedudukan cukup lumayan terpandang di masyarakat, namun ia lebih menyadari bahwa menjadi seseorang itu tidak perlu neko-neko dalam hidup.

Adapun kata "Wijil" dalam turun wijil dimaksudkan untuk menyebut orang-orang yang berilmu pengetahuan dan mempunyai kedudukan martabat yang tinggi.Sifat daripada wijil [biji] itu jika diletakan/dibuang di bagian bumi manapun akan selalu tumbuh, Demikianlah sifat dan keberadaan orang yang berilmu berbudi luhur, ia akan tumbuh dan berkembang. Rupanya makna Turun Bagal dan Turun Wijil telah mengalami pergeseran, jika dahulu lebih dimaknai kepada sifat budi pekerti namun sekarang masyarakat lebih condong memaknainya dalam hal material, sehingga kurang memperhatikan norma-norma kesusilaan. Masa sih asal ada orang kaya dan sukses disebut turun wijil? padahal yang dikerjakannya adalah mungkin saja kurang patut menyandang sebagai turun wijil.

Tuesday, April 19, 2016

LONTAR AMONGROGO INDRAMAYU

LONTAR AMONGROGO INDRAMAYU

Bahan : Daun Lontar
Warna Tinta :  hitam [arang kemiri]
Aksara & Bahasa : Cacarakan, Cirebon - Dermayu
Penulis : Ki Tarka Sutrahardja - Cikedung
Tahun  :  2016
Pemilik : Ki Tarka Sutarahardja
Penemu : -
Tempat Simpan : Sanggar Aksara Jawa, Cikedung, Indramayu
Keadaan Fisik :Anyar

Pada tahun 2006-an saya silaturahmi ke rumah Wa Ruslan Pujangga Puntang Losarang, untuk menelusur naskah-naskah kuna. Pada waktu itu saya diberikan salinan Naskah Amongrogo [Latin]. Pada awal tahun 2016 terungkap bahwa Naskah itu sebenarnya berasal dari Bapak Iman Celeng, ia sengaja menitipkan benda tersebut kepada Alm. Wa Ruslan untuk dialih aksarakan, demikian menurut penuturan keluarga dari Bapak Iman. Ia mencari Naskah Asli milik eyangnya itu hingga datang ke Sanggar Aksara Jawa, beruntung file salinannya masih tersimpan.

Maka sebagai rasa hormat saya kepada sahabat sepuh yang telah tiada yang telah berjasa memberi salinan naskah serta menuntun/mengajarkan beberapa pupuh tembang, kemudian dibuatkanlah kembali LONTAR AMONGROGO INDRAMAYU ini. Semoga benda ini menjadi tetamba hati, meskipun yang original lenyap namun telah muncul bentuk baru.

Lontar ini berisikan ajaran tauhid, ada Paham Martabat Tujuh, juga Rembugan Para Wali Jawa yang mengupas tentang diri sejati. Dalam satu pupuh menyebutkan ;



Sek bentong samya melingi
Amedar ing pangawikan
Kang aran allah jatine
Tanana liyan kawula
Kang dadi kenyatahan
Nyawa ing kawula nipun
Kang minangka katunggalan

Syeikh Benthong memaparkan pendapatnya bahwa yang dimaksud dengan Allah adalah tak lain kawula yang menjadi kenyataanNya. Nyawa adalah kawulaNya yang sebagai ketunggalan. Dan masih banyak pengertian hakikat yang dipaparkan di dalamnya, Dan Lontar ini adalah sangat penting bagi anda para pencari diri sejati.

Monday, April 11, 2016

BABAD CIREBON NASKAH SINDANG

Babad Cirebon

Bahan Kertas : Kertas Eropah
Warna Tinta :  hitam, merah
Aksara & Bahasa : Cacarakan, Cirebon - Dermayu
Penulis : Ki Dulpari, Pasar Sokawarna - Sindang
Tahun  :  1862 [dipegang oleh Ki Kartawijaya Sindang Indramayu]
Pemilik : Ki Tarka Sutaraharda
Penemu : -
Tempat Simpan : Sanggar Aksara Jawa, Cikedung _ Indramayu
Keadaan Fisik : bagus
Isi ringkas  :

Raden Welangsungsang dan Nyi Rarasantang keluar dari Pajajaran untuk mencari ilmu agama, setelah
bertemu dengan Syeikh Datukhafi keduanya kemudian diajarkan agama rasul. Kemudian sang guru memerintahkan kepada Raden bersama istri Nyi Endang Geulis putri Ki Danuwarsih dan adiknya membabad hutan di Kebon Pesisir. Setelah menjadi padukuhan, Raden Welangsungsang dan adiknya disuruh Munggah Kaji. Namun akhirnya Nyi Rarasantang dinikahi Sultan Hut Mesir dan menurunkan dua putra, Syarif Hidayatullah kemudian menjadi Sunan Gunung Jati dan adiknya Syarif Arifin meneruskah tahta ayahanda. Sepulah dari Mekah Syeikh Abdul Iman mampir di negara Ace, kebetulan Jeng Sultan Ace telah mendapatkan musibah ditinggal mati oleh istrinya. Ia meningalkan jabang bayi perempuan yang kemudian dipungut dan dibawa ke Cirebon oleh Syeikh Abdul Iman, setelah dewasa diberinama Nyi Ratu Gandasari.

Bersama Mbah Kuwu Sangkan, SGJ dan Dewan Wali Sanga mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa. Brawijaya Majapahit runtuh kemudian digantikan dengan berdirinya Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa. Berdasarkan musyawarah Dewan Wali Sanga maka Raden Patah diangkat menjadi Sultan Demak. Demikian juga dengan Galuh akhirnya bisa ditundukan Cirebon.

Dalam Naskah Sindang tercantum juga ajaran tauhid, penjelasan mengenai kehakikatan juga dihahas. Sanghyang Danuwarsih yang juga merupakan mertua dari Raden Welangsungsang mengajarkan kepada menantunya ; "Jika sang jasad menderita sakit sesungguhnya siapa yang merasakan sakit, apabila kelak mati bagaimanakah tingkahnya. Nyawa atau ruh itu masuk ataukah keluar dari raga, jika masuk seberapa dekatnya dan apabila keluar seberapa kejauhannya. Serta dimanakah tempatnya kelak setelah tiada" 
Ada sidang dewan wali yang mengungkap DIRI SEJATI. Karomah-karomah waliyullahpun diceritakan disana.

Raden Syahid menelusuri perjalanan batin hingga bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS, ia diwejangkan ilmu sejati kemudian menjadi seorang waliyullah bergelar Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam dengan mempertontonkan pagelaran ringgit purwa.

Raden Syahid membeli dongeng tiga perkara sebesar 1000 dinar kepada kakek gaib. Ia memegang teguh
amanat tiga perkara itu, akhirnya menghantarkan ke derajat mulia. Namun rupanya Nyi Ratu Giri Lawungan berputus asa tidak bisa bersanding dengan Raden Syahid, hingga kemudian ia menceburkan diri ke laut kidul dan menjadi penguasa bangsa lelembut disana.

Tertulis juga tentang pertemuan antara Dalem Dermayu dengan Harya Kemuning. Harya Kemuning ingin menaklukan Dermayu, walau hal itu dilarang oleh SGJ yang telah mengetahui identitas sebenarnya tentang Dalem Dermayu.

Dalem Dermayu turut berguru kepada Jeng Sunan, Akhirnya Harya Kemuning merasa malu atas kecerobohannya.

Saturday, April 9, 2016

NASKAH PAMEKASAN MADURA #2


NASKAH PAMEKASAN, MADURA #2

Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta :  hitam
Aksara & Bahasa : Jawa
Penulis : -
Tahun  :  -
Pemilik : KH. Izlamuddin
Penemu : KH. Izlamuddin
Tempat Simpan : Sanggar Aksara Jawa, Cikedung _ Indramayu [Sementara]
Keadaan Fisik : banyak lubang rengat, tulisan banyak yang samar, sisi2 gerepes [karena usia yang sudah tua]
Isi ringkas  :

Naskah ini menceritakan Pakem Ringgit Purwa [wayang kulit], tulisan yang sudah menispis/samar, kertas banyak berlubang karena dimakan rengat. Hal ini begitu menyulitkan proses alih aksara, naskah ini kurang lebih sudah satu tahun lamanya menginap di Sanggar Aksara Jawa, proses alih aksara sering buntu sehingga pindah ke garapan naskah2 yang lain. Namun kami tidak putus asa, tetap berusaha agar bisa menyingkap isi naskah ini.

Beberapa halaman mulai terungkap





1.       .... hiya hiki, widadari hayu-hayu, dhu mas kathahi mangké, diwi supraba tapani, hiya hiku tuturuni hayu sadaya //
2.       // radén naryya dananjaya,  malabeting dalem puri, kapanggih paran subadra, kalayan ratna srikandi, centheng-centheng dinya nglipangura capi arangrung, hanuli napa halon, kakang suwi...... [tidak terbaca] kawula hatakén bertara //
3.      // ..... [tidak terbaca] hiran kawula, tutur-tutur radén ............., putra nira hiku yayi, kinungkuni sahaji, watarah kersna puniku, hambakta suar mangké, hinata sabrang ta yayi, tasik betdhi ..... punni nagara //
4.      // kinutku nalamar hika, ..... nahabah surat niki, sarta wnak tanan gabar, [hlm. 1] gambari hadipati, ki purwa yata singgi, harsa hakrama puniku, kinaryya tatambanya, negara hamerta yayi, nura waras yén tan gatut kaca, hakramaha //
5.      // mulani ta hanakira, si habimanyu puniki / tananah hikang prayuga, katha wong hadherta singgi, .............. [tidak terbaca] sunbadra tumungkul, sarwi husapi waspa, tibéng salang-salang hiki, kang mangkanah kakang prabu narawatya //
6.       // bucalagih papasiyan, kanihayah kakang hadi, yata sira ngrungu berta, sang ratna siti sundari, tumurun duk singgi, hing pasariyan [hlm. 2] sang hayu, majeng sri kara paman, pundi putra nika singgi, kanihayah paman kawulah din pisa //
7.      // nora kayaha si paman, putri dika wonten pundi, nura belasing kawula, wong lagiyaman puniki, nulya din pisah kami, janur kuning hawaking sun, yén pupusi nala, dalancang riniking paksi, hanaking ngwang, pan kari layang-layangan //
8.      // hupamani hawaking ngwang, lwir wong habéntaru kili, tanana sudimuha, hamupusa wiji-wiji, hanuli tinilar kami, sahenggin manira kanot, baya hagung pataka, henggénirané kakalit, kang sun tedah lungah, hinggal datenga // [hlm. 3]
// kalabang sinandung mungcar, nura renah hikang hati,  satriya tilar nagari, susahi hati tah siwi, sun kakembang hawak mami, kembang bigar hawak kisun, karila yéni mangké, kembang hanot tiba wani, wisa temen paman hapus kawula //


1.












Wednesday, April 6, 2016


NASKAH PAMEKASAN, MADURA #1

Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta :  hitam
Aksara & Bahasa : Jawa
Penulis : Bandar Delegan
Tahun  : 1749
Pemilik : KH. Izlamuddin
Penemu : KH. Izlamuddin
Tempat Simpan : Pamekasan, Madura
Keadaan Fisik : masih bagus
 Isi ringkas  :
 - Piqih - Tauhid


Samud Ibnu Salam adalah seorang Pendeta Nasrani, ia mau tunduk kepada Rasulullah dengan syarat jika Kanjeng Rasulullah bisa menjawab pertanyaan2 yang menyangkut ajaran lahir dan batin. Sang Samud itu melancarkan persoalan2 yang sulit bagi Rasulullah, sampai bertanya mengenai hakikat Johar Awal dan Manunggaling Kawula Gusti. Namun Jeng Nabi menjawabnya dengan gamblang, sehingga sang pendeta dan kumnya masuk Islam. 

NASKAH KABUYUTAN GANDOANG, CIAMIS

NASKAH KABUYUTAN GANDOANG

Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta :  hitam
Aksara & Bahasa : Carakan, Bahasa Cirebon.
Penulis : -
Pemilik : Kuncen Situs Kabuyutan Gandoang
Penemu : Tapakaruhun, Galuh
Tempat Simpan : Ds. Wanasigra, Cikoneng - Ciamis
Keadaan Fisik : beberapa lembar termakan rengat
Isi ringkas  :
 - Pengukuhan Adpati Imbanagara
- Pembagian wilayah
-Silsilah garis Nabiyullah

Tuesday, April 5, 2016

NASKAH CIKUPA #2


NASKAH CIKUPA #2

Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta :  hitam
Aksara & Bahasa : Carakan, Bahasa Cirebon.
Penulis : -
Pemilik : Sesepuh Desa Cikupa
Penemu : Tapakaruhun, Galuh
Tempat Simpan : Ds. Cikupa - Ciamis
Keadaan Fisik : tulisan ngeblur, sehingga sukar dibaca 
Isi ringkas  :
 - Tauhid
- Mantra Sunda
- Mantra Cirebon

  Menukil, Alih Aksara Hal. 2

1.       Bismilahhirah mannirahhimi / punika mas-
2.       salah élmu kapinagurokaken iku
3.      sapuluh prakara kang dingin iku adepping la[m]pah
4.      lan kapindo lu[ng]guhing patikan kaping tiga
5.      pa[n]cering ti[ng]al lan kaping pat patitis
6.      pati / lan kaping lima leburan papan ka-
7.      lawan tulis lan kaping nem kija tilawat
8.      lan kaping pitu sa[m]purnaning [ba[n]yu] lan
9.      kaping wolu sahadat jati kang halilang tanpa
10.   ku[m]pulan // lan kaping sanga sahadat
11.    jati kapurba ing jagat kabéh lan kaping
12.    sapuluh [wadananing] caremé barising kaca

Alih Bahasa :
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah masalah ilmu, ajarkanlah perihal ilmu 10 perkara ;
yang pertama menghadapkan [tertuju pada] laku lampah 
yang kedua kedudukan/kenyataan tatkala mati
yang ketiga pacer [pusat/fokus]nya penglihatan
yang keempat patitising pati  [mati khusnul khatimah/meninggal yang utama]
yang kelima lebure papan kelawan tulis [hancurnya jasad]
yang keenam kija tilawat
yang ketujuh sampurnanya air
yang kedelapan syahadat sejati yang hilah tanpa berkumpul
yang kesembilan syahadat sejati kapurba ing jagat kabeh
yang kesepuluh careme barising kaca [cermin sejati]



 

Monday, April 4, 2016

NASKAH CIKUPA #1







NASKAH CIKUPA #1

Bahan Kertas : Daluang [Kulit Kayu Daluang atau Saeh],
Warna Tinta :  hitam
Aksara & Bahasa : Carakan, Bahasa Cirebon.
Penulis : -
Pemilik : Sesepuh Desa Cikup
Penemu : Tapak Karuhun, Galuh
Tempat Simpan : Ds. Cikupa - Ciamis
Keadaan Fisik : tulisan ngeblur, sehingga sukar dibaca 
Isi ringkas  :
 - Tauhid
- Mantra Sunda
- Mantra Cirebon