Thursday, February 4, 2016

MENELUSUR KARYA SASTRA KARUHUN DALAM MANTRA DERMAYON

Dalam keseharian masyarakat Indramayu tempo doeloe, tidak terlepas dengan penggunaan mantra-mantra, ada mantra-mantra yang digunakan dalam penerapan pengolahan lahan dan hasil pertanian, mendirikan bangunan rumah, hajatan [pengantin, sunatan], nujuh bulan dan lain sebagainya. Termasuk juga salah satu mantra yang diucapkan ketika hendak mendirikan shalat fardu, sebelum mengucapkan ushali fardhol..... maka terlebih dahulu mengucapkan mantra dibawah ini.

Mungkin bagi kebanyakan orang merasa gundah dengan mantra ini, namun kami Sanggar Aksara Jawa merasa penasaran dan mencoba menggali sedapat mungkin dengan dari makna yang terkandung di dalam mantra tersebut dengan segala keterbatasan pengetahuan yang ada. Hal ini juga dimaksudkan sekedar pengingat-ingat ataupun pekeling agar kita sebagai Wong Jawa [Indramayu] tidak melupakan induk bahasa daerah dan warisan budaya yang lainnya. Ternyata tidak mudah untuk menyelami alam pemikiran para karuhun dahulu, banyak diantara mereka yang telah membuktikan ngaji niti surti.

bismillahirahmannirrahim
nawaetu wijile sukma
nokat gaib natu gaib
suci islam badan sampurna
ushali urip ya hu iman tutup urip
ushali minal khanafsi
bresi suci roh raga nisun
subkhan walkadiati
bresi suci roh nyawa nisun
niat isun ngucapaken jaya sampurna
surya megar suraya megar
surya munjuk maring mega mulya
sang pepusu kang ana ning arep
sang ari-ari kang ana ning buri
nini langgeng kaki langgeng
aja owah selawase isun urip

Bismillahhirrahman nirrahim, niat merupakan dari biji intisari ruh sukma. Jika tekad dari ruh qalbunya tergolong baik, maka ia akan menggerakan segala panca indra akal budi untuk mengerjakan kebaikan [shalat, dll]. Nokat Gaib dan Natu Gaib, disebutkan dalam Serat Pambukaning Ilmu Adam Nafi, Kalisapu Cirebon dan Babaran Serat Wirid Hidayat Jati, R.Ng. Ronggowarsito adalah sebagai Johar Awal atau Nur asal kejadian manusia dilahirkan ke bumi. Bagaimana keduanya dibangkitkan olehNya kemudian dianugrahkan turun kedalam dua insan yang berlainan jenis, sehingga menjelma seorang putra dan begitulah proses seterusnyasebagaimana terserat dalam Kidung Karya Susuhunan Kalijaga itu, "Wiji sawiji mulane dadi pencar saisineng jagat, kasamaddan dening Dzate".  Berawal dari Wiji Urip Nabi Adam As, kemudian membelah diri memperbanyak melalui keturunan, ini adalah semata2 kehendakNya.

Namun demikian cara2 yang benar adalah dengan suci islam badan sampurna, dengan bersih hati, dengan berprinsip Islam sebagai rahmatan lil allamin maka kita akan sempurna sebagai manusia yang berakal budi sebagai manusia yang sebenarnya. Bukan jasad manusia namun berisi dan berpola pikir serta bertindak atas kepanjangan tangan dari perilaku-prilaku buruk yang ditolak oleh fitrah manusia itu sendiri. Dengan mengenali nafsu dan menempatkan pada porsinya masing-masing maka roh nyawa manusia akan bersih mulia.

Niatku mengucapkan jaya sampurna, ialah dengan surya [penerang, akal budi] yang semakin mekar berkembang. Akal budi itu harus semakin meninggi mencapai lapisan makom yang luhur mulia. Dalam kejawen maka dikenal sedulur papat teman dan penjaga kehidupan pribadi atau mungkin dalam Islam dijaga oleh Malaikat, sang pepusu yang didepan [pola pikir kedepan] dan sang ari2 adalah guru pengalaman yang telah dilalui. Semua itu agar jiwa raga [kaki-nini] tetap dianugrahi ketetapan tekad hati untuk berpihak kepada yang benar. Agar hidup dalam keseharian ini tidak tersinggahi suhu owah gingsir [perubahan sikap] berpihak kepada yang buruk, sehubungan datangnya rencana saban dina agung prapta, datangnya rencana yang besar itu setiap hari silih berganti.

Wallahu allam bisowab
Salam rahayu


No comments:

Post a Comment